Sunday, September 5, 2010

Pemahaman Jenis Zakat Maal Minim

Pemahaman Jenis Zakat Maal Minim

 

Level pengetahuan masyarakat tentang perbedaan zakat maal dan fitrah baik. Akan tetapi pengetahuan tersebut tidak disertai dengan pemahaman cukup tentang jenis-jenis zakat maal. Demikian hasil survei yang dilakukan oleh Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) 2010.

Penelitian tersebut menurut Manajer riset dan Kajian IMZ, Nasir Tadjang, dilakukan terhadap 627 responden dari 5 kota besar yaitu DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). ”Sebesar 72 persen mengetahui zakat maal berbeda dengan zakat fitrah dan sisanya tidak tahu,”“paparnya dalam acara diskusi publik bertemakan “Menimbang Hasil Survei Persepsi Publik Tentang Zakal Maal dan Pengelolaannya” di Jakarta, Rabu (4/8)
.

Selain itu, Nasir menuturkan, hasil survei IMZ 2010 menyimpulkan meskipun masyarakat Jabodetabek yang memiliki akses informasi lebih banyak akan tetapi masyarakat belum percaya dengan pengelolaan zakat yang sudah ada. Terbukti, sebanyak 246 responden mengaku tidak menunaikan zakat maal. Sehingga tingkat pengetahuan, akses informasi, dan level social ekonomi tidak serta merta menjamin persepsi publik tentang zakat maal turut besar pula.

Oleh karena itu, Nasir berharap penelitan ini menjadi sumber data dan informasi tentang persepsi public terhadap zakat maal dan pengelolaannnya. Disamping, hasil survei tersebut mengukur potensi dan kapasitas sosialisasi dan edukasi organisasi pengelola zakat (OPZ) terhadap masyarakat di wilayah Jabodetabk. ”Hasil survei penting dijadikan bahan kajian pendahuluan ke jenjang studi yang lebih dalam,”kata dia.

Irfan Abubakar, Direktur Center For The Study Of Religion And Culture (CSRC) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mengatakan hasil penelitian IMZ menguatkan penelitian CSRC tahun 2004. Survei IMZ 2010 dianggap sebagai barometer untuk mengukur potensi dan kondisi zakat secara nasional.

Irfan menyebutkan, berdasarkan penelitian CSRC 2004 di level nasional 50 persen masyarakat Muslim mempunyai pengetahuan bagus tentang zakat maal. Diantaranya, zakat tabungan, deposito, profesi, emas, dan perak. Hanya saja, dia mengakui belum ada kajian lebih lanjut terkait seberapa jauhkan pemahaman masyarakat tentang nishab (ukuran) masing-masing jenis zakat maal tersebut.

Irfan menambahkan, pola menyalurkan zakat masyarakat masih tradisional dan berpatok pada kebiasaan. Berdasarkan penelitian CSRC, hanya 5,3 persen masyarakat yang membayar zakat maal mereka ke lembaga-lembaga amil zakat.

Sebesar 60 persen lebih memilih menyalurkan zakat mereka secara langsung baik ke masjid ataupun individu mustahik. Bahkan, sebanyak 85 persen masyarakat beralasan merasa lebih puas menyerahkan langsung ke mustahik daripada menyalurkannya ke lembaga.

Hasil survei ini, jelas Irfan, merupakan modal penting untuk melakukan sebuah gerakan massif memberikan edukasi tentang zakat maal secara integral. Kerjasama intensif perlu diupayakan antara masjid dan (OPZ) guna memberdayakan zakat sebagai salah satu pilar utama Islam.”Jika langkah ini ditempuh saya optimistis masyarakat akan lebih terbuka,” jelas dia.

Hal senada diungkapkan oleh Teten Kustiawan, Direktur Pelaksana Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Survey ini memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan dan taraf ekonomi tidak berpengaruh pada gairah berzakat. Bahkan, terdapat kecenderungan masyarakat yang menunaikan zakat adalah berpenghasilan rendah.

Sebab itu, edukasi keagamaan mutlak diperlukan guna memberikan kesadaran berzakat. Edukasi tersebut harus dilakukan secara massif dan sistematis. Dia mencontohkan, edukasi sosialisasi zakat terutama zakat maal di Malaysia ditempuh dengan cara membedakan antara zakat fitrah dan maal.

Tak kalah penting, upaya tersebut mesti dilakukan melalui masjid-masjid yang merupakan ujung tombak aktivitas umat Islam. “Sudah saatnya lembaga amil zakat dekat dengan masjid (Red. : LAZ Al-Ikhlas berada di Musholla Al-Ikhlas ditengah-tengah para Muzaki dan menyatu dengan para dhuafa) karena di masjidlah edukasi paling kuat,” imbaunya.

Krisman Purwoko,  Nashih Nashrullah, Republika