Saturday, March 23, 2013

ZAKAT PROFESI




ZAKAT  PROFESI


Banyak tulisan yang mengupas masalah ZAKAT PROFESI.
Pada kesempatan ini kami coba tampilkan 2 tulisan mengenai ZAKAT PROFESI.
  1. Judul : Zakat Penghasilan dan Zakat Profesi
Penulis : Nashih Nasrullah
Yang dimuat di Republika 4 Agustus 2011
  1. Judul : Prespektif Zakat Profesi
Penulis : Buwaety, Ditjen Bimas Islam
Yang dimuat di Republika 5 Mei 2012

Kedua tulisan tersebut diatas cukup jelas mengupas masalah Zakat Profesi.
Silahkan dipelajari, ambil manfaatnya, kemudian jadikan dasar penuaian Zakat kita.
Semoga bermanfaat.



Zakat Penghasilan  atau Zakat Profesi, apa Hukumnya.
Republika, Sabtu, 04 Agustus 2011,
Oleh Nashih Nasrullah
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang utama. Instrumen penting yang kerap disandingkan dengan perintah shalat dan memiliki banyak dimensi.
Zakat yang secara bahasa berarti berkembang atau suci itu diberlakukan dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Mulai dari objek wajib zakat, kadar, batas kewajiban, dan subjek pendistribusian zakat.
Satu di antara persoalan zakat kontemporer ialah pelaksanaan zakat penghasilan atau profesi. Baik penghasilan yang diperoleh secara rutin, seperti gaji karyawan swasta, pejabat negara, maupun penghasilan tidak rutin, seperti dokter, pengacara, konsultan, penceramah, dan sejenisnya, serta penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan bebas lainnya.
Prof Ballah Al Hasan Umar Musa’id dalam makalahnya berjudul “Zakat Ar Rawatib wa Al ujur wa Iradat Al Mihan Al Hurrat” mengatakan, permasalahan ini mengemuka karena memicu rentetan pertanyaan. Persoalan paling mendasar ialah, ada atau tidakkah legalitas perintah zakat jenis ini dalam tuntunan zakat yang diajarkan Rasulullah?
Ballah lantas menguraikan topik ini dalam karyanya yang dipublikasikan di Majalah Universitas King Saud, Arab Saudi. Menurutnya, secara umum inti persoalannya ialah ketiadaan dalil yang dengan tegas mewajibkan jenis zakat ini.
Karenanya, praktik zakat profesi pun tidak didapati semasa Rasulullah. Pangkal perbedaan kemudian juga timbul ketika menganalogikan (qiyas) jenis ini dengan zakat al mal al mustafad.
Menurut Ballah, terkait zakat profesi muncul opsi pandangan dari sejumlah pakar fikih terkemuka. Syekh Muhammad Al-Ghazali berpendapat, zakat ini wajib dikeluarkan. Argumentasinya merujuk pada Surah Al-Baqarah 267 yang berlaku umum. Secara logika, bila seorang petani saja dibebankan berzakat, seyogianya zakat profesi diwajibkan.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh deretan nama pakar tersohor, yakni Syekh Abdurrahman Hasan, Muhammad Abu Zahrah, dan Abdul Wahab Khalaf.  Zakat itu wajib dikeluarkan bila telah mencapai haul (satu tahun) dan cukup nishab-nya (kadar wajib zakat).
Syekh Yusuf Al-Qaradhawi dalam kitabnya, Fiqh Az-Zakat, juga berpandangan sama. Menurutnya, kewajiban zakat profesi bisa disejajarkan dengan hukum zakat al mal al mustafad. Almarhum Prof Husain Syahatah, guru besar Fikih Universitas Al-Azhar, Mesir, berpendapat sama.
Pendapat ini juga diserap oleh Lembaga Fatwa Kerajaaan Arab Saudi pada 1392 H. Kongres Zakat Internasional pertama yang digelar 1984 mufakat, zakat profesi wajib hukumnya. Fatwa ini juga diadopsi di sejumlah negara, seperti Kuwait dan Sudan.
Ballah juga menyebut opsi pendapat ke dua. Hanya saja, tidak diketahui secara pasti ulama kontemporer mana sajakah yang condong pada opsi terakhir ini, yaitu pendapat yang menyatakan zakat jenis ini tak wajib dikeluarkan.
Prof Kautsar Al-Abji dalam bukunya berjudul “Muhasabat Az Zakat wa Ad Dharaib fi Daulat Al Imarat Al Arabiiyah”, sekadar mengisyaratkan opsi ini ada tanpa menyebut pasti siapa. Beberapa argumentasi yang dijadikan dasar kelompok ini ialah fakta bahwa jenis zakat tersebut tidak pernah dicontohkan pada zaman Rasulullah.
Kedua, qiyas terhadap zakat al mal mustafad dinilai tidak tepat. Di satu sisi, pemberlakuan zakat ini nyaris sama dengan kosep pajak dalam sistem konvensional. Dan, hal ini tidak diperbolehkan dalam konsep Islam.
Nishab
Terkait batas wajib kena zakat penghasilan, Ballah menuturkan muncul silang pendapat dari kalangan yang mewajibkannya.
Opsi pertama mengatakan nishabnya disamakan dengan zakat pertanian. Yaitu, bila penghasilan yang bersangkutan mencapai 653 kg hasil bumi, telah wajib zakat.
Menurut pendapat kedua, nishabnya sama dengan zakat harta kekayaan ialah sebesar 85 gram emas. Sedangkan pendapat yang kedua membedakan antara zakat profesi rutin dan tidak rutin.
Untuk profesi rutin, nishabnya 85 gram, sementara profesi tak rutin disamakan dengan zakat pertanian, yaitu 653 kg. Namun, kata Ballah, ada hal yang penting diketahui. Sejalan dengan pendapat Syekh Qaradhawi, zakat ini diambil dari penghasilan netto. Artinya, penghasilan yang ia peroleh dikurangi dengan kebutuhan-kebutuhan wajib sehari-hari atau tuntutan utang yang mendesak dibayar.
MUI
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dikeluarkan pada 2003, juga menyatakan hukum zakat jenis ini ialah wajib. Ketentuannya selama penghasilan tersebut halal dan telah mencapai nishab dalam satu tahun. Nishab yang dirujuk fatwa MUI ialah 85 gram emas.
Terkait waktu, menurut fatwa ini zakat dapat dikeluarkan pada saat menerima jika sudah cukup nishab. Bila belum mencapai nishab, semua penghasilan dikumpulkan selama satu tahun. Kemudian, zakat dikeluarkan jika penghasilan bersihnya telah cukup nishab. Sedangkan, kadar zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2,5 persen.




Perspektif Zakat Profesi
Ditulis oleh Buwaety
Sabtu, 13 Jumadil Akhir 1433
05 Mei 2012 06:29
Zakat profesi sebelumnya tidak banyak dikenal oleh masyarakat luas dalam khasanah keilmuan Islam, berbeda dengan zakat yang sumber pendapatan dari pertanian, peternakan dan perdagangan. sedangkan hasil profesi berupa harta dapat dikategorikan ke dalam zakat harta (mal/kekayaan). Oleh sebab itu, hasil profesi seseorang apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat maka wajib baginya untuk menunaikan zakat.
Lebih jauh Amien Rais telah menuangkan gagasan zakat profesi dalam tulisannya berjudul ”memikirkan kembali kewajiban zakat” dalam bukunya Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta (1999:58-65). Selengkapnya adalah: ”Yang saya persoalkan adalah zakat untuk profesi, yang mendatangkan riski dengan gampang dan cukup melimpah, setidak-tidaknya dibandingkan dengan penghasilan rata-rata penduduk. Jadi gugatan saya agar persentase zakat yang 2,5 persen itu ditinjau lagi dan kalau perlu ditingkatkan – katakanlah sampai 10 persen (’usyur) atau 20 persen (khumus) – bukan saya tujukan untuk semua penghasilan untuk semua profesi, melainkan khusus untuk profesi yang mudah mengatangkan rizki...profesi yang dapat mendatangkan rizki secara gampang dan melimpah dewasa ini jumlahnya, seperti misalnya komisaris perusahaan, bankir, konsultan, analis, broker, dokter sepesialis, akuntan, notaris, artis, dan pelbagai penjual jasa serta macam-macam profesi ”kantoran” (white collar) lainnya”. Zakat ini bersumber pendapatan dari profesi (keahlian tertentu) tidak banyak dikenal di masa generasi terdahulu. Oleh sebab itu, uraian dan bahasan zakat profesi tidak dapat dijumpai dalam literature terdahulu secara mendetil seperti uraian dan pembahasan zakat-zakat lainnya. Namun dalam kehidupan sekarang sudah banyak bermunculan profesi/keahlian yang sangat mudah untuk mendapatkan penghasilan yang melebihi penghasilan pedagang atau petani, maka tidak berarti pendapatan dari hasil profesi (dokter, akuntan, konsultan, pengacara, interprener dan yang sejensinya) terbebas dari zakat.
Karena zakat itu, pada hakekatnya adalah pungutan terhadap kekayaan golongan yang memiliki kelebihan harta dari kebutuhan pokok (basic need) hidup (sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan) untuk diberikan kepada golongan yang membutuhkan (mustahik). Sebagai referensi zakat profesi telah dijelaskan:

1
Al Qur’an menguraikan dalam surat Al Baqarah ayat 267: "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji"


2
Al Qur’an surat Adz Dzariyat 19: “dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak dapat bagian”


3
Hadist Nabi SAW: “Apabila zakat bercampur dengan harta lainnya, maka zakat akan merusak harta itu”. (HR. Al Bazar dan Al Baehaqi)

Para ulama yang mewajibkan zakat profesi berbeda pendapat waktu pengeluaran/pembayaran zakat profesi antara lain:

1
Abu Hanifah, Malik dan ulama modern, seperti Muh Abu Zahrah dan Abdul Wahab Khalaf mensyaratkan haul, akan tetapi terhitung sejak awal dan akhir harta itu diperoleh (umpamanya Januari sd Desember), maka pada masa setahun tersebut harta diakumulasikan, jika sudah sampai pada batas minimal (nisab) maka wajib mengeluarkan zakat.


2
Menurut As-Syafi'i dan Ahmad mensyaratkan haul (sudah cukup satu tahun), terhitung sejak harta diperoleh.


3
Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Umar bin Abdul Aziz dan ulama modern seperti Yusuf Qardhawi tidak mensyaratkan haul (sudah cukup satu tahun), tetapi zakat dikeluarkan langsung pada saat mendapatkan harta tersebut. Mereka mengqiyaskan zakat profesi ini dengan zakat pertanian yang dibayarkan zakatnya pada setiap waktu panen.

Nisab zakat pendapatan/profesi mengambil rujukan kepada nisab zakat tanaman dan buah-buahan sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah setara dengan 520 kg beras yang dikeluarkan setiap panen setelah mencapai nisabnya dengan kadar yang diqiyaskan kepada zakat emas dan perak, yaitu 2,5% dari seluruh penghasilan kotor. Hadits yang menyatakan kadar zakat emas dan perak adalah: “Bila engkau memiliki 20 dinar emas, dan sudah mencapai satu tahun, maka zakatnya setengah dinar (2,5%)” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Al-Baihaqi).
Menurut Yusuf Qardhawi perhitungan zakat profesi dibedakan menurut dua cara:

1
Secara langsung, zakat dihitung dari 2,5% dari penghasilan kotor secara langsung, baik dibayarkan bulanan atau tahunan. Metode ini lebih tepat dan adil bagi mereka yang diluaskan rezekinya oleh Allah. Jika seseorang profesi menghasilkan dalam satu tahun mencapai batas minimal (nisab) yang disetarakan dengan harga 85 gram emas (sesuai harga emas dipasaran setempat).


2
Setelah dipotong dengan kebutuhan pokok (sandang, papan, pangan, pendidikan dan kesehatan serta biaya operasinal ketika menjalankan profesinya), maka zakat dihitung 2,5% dari gaji setelah dipotong dengan kebutuhan pokok. Metode ini lebih adil diterapkan oleh mereka yang penghasilannya pas-pasan dengan pemahaman berapapun sisanya wajib dizakati.

Menurut hemat penulis, jika setelah dipotong dengan kebutuhan pokok (sandang, papan, pangan, pendidikan dan kesehatan) masih ada sisa setara dengan harga 85 gram emas, maka zakat dihitung 2,5%. Dan jika setelah dipotong kebutuhan pokok masih ada sisa, namun tidak setara dengan harga 85 gram emas, maka baginya tidak wajib zakat.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa zakat profesi memang tidak dikenal dalam khasanah keilmuan Islam, sedangkan hasil profesi yang berupa harta dapat dikategorikan ke dalam zakat harta (simpanan/kekayaan). Oleh sebab, hasil profesi seseorang apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat maka baginya wajib menunaikan zakatnya.
Diambil dari berbagai sumber, semoga bermanfaat.

Tuesday, March 12, 2013

Buletin LAZ Al-Ikhlas

KATA  PENGANTAR


Assalamu’alaikum  wr. wb.
Berbagai peristiwa korupsi, aparat brutal, masyarakat bermental ins-tan ingin kaya dan gampang marah, sungguh sangat memprihatinkan.
Untuk memberantas perilaku jahat ini diperlukan perangkat hukum yang tegas, bersih dan berwibawa.
Juga diperlukan sosialisasi dan edukasi nilai-nilai agama. Salah satunya edukasi nilai yang terdapat dalam kewajiban membayar zakat, seorang muzaki akan dituntut secara terus menerus untuk memiliki etika dan ahlak didalam mendapatkan penghasilan, tidak mungkin membayar zakat dari uang hasil korupsi atau hasil pekerjaan yang dilarang.

Wassalamu’alaikum  wr. wb
1 Jumadil Awal 1434 H
13  Maret  2013 M
Pengurus LAZ Al-Ikhlas.
Pembina : Ketua Musholla Al Ikhlas Sulistiarso
Ketua : Amiroedin Noeridin,
Dewan Syariah :  Bambang Poernomo,
Keuangan&Adm : BD Herubroto,
Pengumpul : Didi Budiarso,
Penyalur : Kamsi S,
Pembantu Umum : Abd Halim Anas

CERDAS  ZAKAT
sebaik-baik bekal adalah taqwa
Shadaqah merupakan hal yang wajib bagi setiap muslim sesuai dengan kemampuannya masing-masing, sebagaimana  firman Allah
QS. Aţ –Ţalaq 65 : 7
لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِ وَمَن قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut ke-mampuannya. Dan orang yang disempitkan rejekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepa-danya. Allah kelak akan mem-berikan kelapangan sesudah kesempitan”.
Banyak orang yang masih berselimut kekikiran. Senang berdalih akibat krisis ekonomi hingga lebih senang diberi daripada memberi. Padahal Rasulullah SAW selalu mengingatkan kita, “tangan diatas lebih baik daripada tangan di bawah”.
Dalam hadist Rasulullah SAW. Bersabda, “ Ada orang yang membawa seutas tali dengan mengumpulkan kayu, lalu ranting kayu dibawanya kepasar dan dijualnya kemudian ia menjadi kaya, kemudian dibelanjakan untuk keperluan dirinya. Itu adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada manusia mungkin diberinya atau ditolaknya”. (HR. Ahmad).
Tapi lihatlah gejala yang terjadi di lingkungan kita. terkadang masih banyak dari kita yang sebenarnya mampu dari segi ekonomi tapi masih juga mengaku orang tak mampu.
Tidak adil rasanya dan tidak malukah kita merampas hak-hak fakir miskin? Padahal kalau kita mau menengok ke bawah, masih banyak saudara-saudara kita yang lebih miskin.
Sebenarnya kita tahu kalau kita bukan termasuk orang yang tidak mampu bahkan kita sangat marah kalau disebut orang miskin. Tapi kekikiran, kebatilan, dan keserakahan yang menyelimuti diri kita sering kali menutup hati nurani kita. Maka wajar jika Allah menyindir sifat jelek manusia ini dalam firman-Nya
QS. Al-Ma’ārij 19-21
إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا
وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
“Sesungguhnya manusia itu dicipta-kan bersifaf keluh kesah lagi kikir.
Apabila dia  ditimpa kesusahan  dia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir
Begitulah sifat manusia, jika penghasilan sedang menurun atau bisnis sedang macet selalu berkeluh kesah kesana kemari, tapi sebaliknya kalau rejeki datang melimpah atau bisnis sedang lancar, kikirnya bukan alang kepalang. Harta yang kita dapat seolah-olah hanya milik kita dan hasil kerja keras kita sendiri, tanpa ada campur tangan Allah dalam memperolehnya.

Padahal Al-Qur’an menegaskan,
QS. Al-Mā-idah 5 : 120
لِلّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.


KLINIK  ZAKAT
Mohon penjelasan sbb. :
1.    Saya punya tabungan 100 jt dan sudah saya keluarkan zakatnya 2,5% tahun lalu. Apakah tahun ini masih harus mengeluarkan zakatnya?
2.    Saya mengeluarkan zakat dari gaji pada Ramadhan kemarin (akumulasi 12 bulan). Apakah ini bermasalah dari sisi hukum zakat?
Kami bersyukur selama ini anda mengeluarkan zakat dari tabungan. Setiap harta yang memenuhi nishab, haul dan (apalagi) berkembang harus dikeluarkan zakatnya. Oleh karena itu tabungan yang sudah disimpan selama setahun haru dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% dari saldo  tabungan di bank, juga untuk 1 tahun kedepan.
Pembayaran zakat yang anda lakukan setahun sekali dari gaji sudah benar atau boleh saja anda keluarkan zakatnya setiap bulan.
(Dr KH Didin Hafidhudin, MSc.)
Saya dan suami bekerja. Saya ingin menzakatkan penghasilan saya, tetapi belum mencapai nishab. Akan tetapi jika digabungkan dengan penghasilan suami, bisa mencapai nizhab. Bolehkah kami berzakat jika keadaannya demikian atau bagaimana menurut islam?
Suami istri meski masing-masing bekerja dengan pekerjaan yang berlainan, tetapi memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang sama dan satu, yaitu menghidupi keluarga. Sudah sepatutnya penghasilan mereka disatukan.
Apabila penghasilan sudah disatukan, sudah mencapai nishab maka tentu saja wajib dikeluarkan zakatnya.
Memang ada sebuah hadits sahih riwayat Imam Bukhari (Kifayatul Akhyar, I:183) yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak boleh disatukan antara dua harta yang terpisah dan tidak boleh dipisahkan antara dua harta yang bergabung karena takut mengeluarkan zakat. Harta yang disatukan melalui Syirkah (usaha bersama) maka hendaknya dikembalikan kepada masing-masing secara adil dan sama.
Penjelasannya, jika A memiliki 30 ekor kambing (belum mencapai nishab zakat dan digembalakan ditempat tertentu) dan B juga memiliki 30 ekor kambing dan digembalakan ditempat yang berbeda dengan A maka supaya berzakat, kambing mereka digabungkan menjadi satu pada akhir tahun.
Atau sebaliknya, A dan B sejak semula menggabungkan ternaknya pada tempat penggembalaaan dan penanggung jawab yang sama maka  supaya  terhindar  dari zakat, menjelang akhir tahun dibagikan dulu kepada masing-masing pemilik.
Kedua jenis perbuatan itulah yang dilarang oleh Rasulullah SAW (dalam hadits tersebut diatas). Tentu saja hadits tersebut tidak bisa dianalogikan kepada suami istri yang sama-sama bekerja tadi karena memang berbeda dalam ‘illat (alasan) hukumnya.
Jadi jika suami penghasilannya 4 juta rupiah dan istri 2 juta rupiah maka zakatnya adalah 2,5 persen dari 6 juta., yaitu Rp.6 juta X 2,5 persen=Rp 150 ribu (seratus  lima puluh ribu rupiah).
(Dr KH Didin Hafidhudin, MSc.)
SEKITAR KITA

Jakarta, ibukota negara ini, walau sering banjir namun tetap menarik buat siapapun, termasuk para pencari nafkah, mereka datang dari seluruh pelosok Nusantara.
Disekitar Mushalla Al-Ikhlas banyak pendatang yang mencari nafkah di Jakarta, diantaranya ada dari Purkokerto, dialah pak Salimun, kelahiran 1966 di Cilacap. Beliau meninggalkan Warsini, istrinya dan putranya Munir Abruri yang masih sekolah di SMK 2 Ajibarang Purwokerto, untuk mencari nafkah di Jakarta guna membiayai kebu-tuhan keluarganya.
Pak Salimun menjual Mie Ayam dengan gerobaknya berkeliling seputar Komplek Bina Marga sekitar Mushalla Al-Ikhlas dan Komplek koperasi.
Gerobaknya mangkal cukup lama disekitar Mushalla sehingga beliau adalah jamaah shalat fardhu yang aktif di Mushalla. Waktunya juga digunakan untuk membantu kegiatan di Mushalla.
Untuk kebutuhan biaya sekolah putranya, LAZ Al-Ikhlas memberi pinjaman tanpa bunga.
 Keinginan beliau, untuk bisa membesarkan usahanya guna mem-bantu siapapun yang membu-tuhkannya. Semoga tercapai. Amin.

PROGRAM  ZAKAT


Bulan Rabiul Awal dan Rabiul Akhir 1434 H atau bulan Februari 2012 dan Maret 2013M, telah dilakukan kegiatan.
1.  PENYALURAN ZAKAT, 
a. Fakir Miskin terdiri dari untuk  Pendidikan dan Dhuafa
  
Ribuan rupiah
      KET
SD
SLTP
SLTA

      Zakat/siswa
50
50
75

      Juml siswa
16
13
14

      Dhuafa/Lansia 23 or ang @ 85.000
      Dhuafa yang yatim di PA Yatim Al-Khairan, Pondok Kelapa.

b.  Fisabilillah dan Amil

Ustad Pengajian Ahad maupun Sabtu disamping diberikan Infaq  juga mendapat Zakat

Petugas Amil Zakat, 2 orang            
  

c.  Pemberdayaan umat 2 bln
Pinjaman untuk  bapak Salimun, ibu Diana untuk pendidikan anak. Hibah untuk Trisno yang rumahnya ambruk saat angin besar.              
d. Klinik
Keperluan obat dan peralatan Klinik serta pelayanan pasien.
e. Operasional LAZ

Untuk menunjang kegiatan administrasi operasional LAZ
2.  PENYALURAN INFAQ,
Operasional Mushalla
- Rutin a.l listrik, Pengisi Pengajian, bahan dan petugas pemeliharaan Mushalla, Imam rutin.
- Renovasi atap teras samping Mushalla.
-  Infaq petugas Klinik
3. PERINGATAN  MAULIDNABI MUHAMMAD SAW.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad thn 1434 H ini dilaksanakan dengan sederhana di Mushalla Al-Ikhlas bersamaan dengan Pengajian Keluarga 22 Rabiul Awal 1434 H atau 3 Februari 2013, yang dihadiri 150 jamaah.
Hikmah Maulid disampaikan oleh Ustd Jamil Mu’minin S.Ag. yang menekankan agar momentum Maulid Nabi untuk meningkatkan iman dan meningkatkan amal ibadah kita.

4. KLINIK KESEHATAN GRATIS
Bulan Rabiul Awal dan Rabiul Akhir 1434 H, Klinik Kesehatan  Al-Ikhlas buka 5 kali, mengobati 61 pasien, dengan pelayanan 2 dokter, ialah dr. Fatcha Nuraliyah dan dr. Indah Tri Murtiningsih.
AGENDA
·      Pengumpulan ZIS dilaksanakan di Pos Zakat di Mushalla Al-Ikhlas, atau jemput zakat lihat Rubrik CARA MUDAH BAYAR ZAKAT, pada  Buletin ini.
·      Layanan Klinik Kesehatan Gratis dilaksanakan sekali satu minggu Sabtu atau Ahad.
·      Secara Rutin Bulanan disalurkan Zakat untuk pemberdayaan umat, pendidikan, fakir miskin, fisa-bilillah termasuk anak yatim yang miskin.
Jadual penyaluran ZIS :
22 Rabiul Awal’34 H = 3 Feb ‘13M
20 Rabiul Akhir’34 H = 3 Mar ‘13M

Daftar Muzakki dan Laporan Keuangan

MAAF, PENAMPILAN TIDAK SEMPURNA, TIDAK KELUAR WARNA
     LEMBAGA  AMIL  ZAKAT  AL-IKHLAS
    RANGKUMAN  PENGUMPULAN dan PENYALURAN 
     PERIODE BULAN  :
    RABIUL AWAL 1434  H dan RABIUL AKHIR  1434  H
                           
                           
  LAPORAN  KEGIATAN            
                           
  1 Pengumpulan Zakat Infaq dan Shadaqah dari para Muzaki & Munfaqin.  
                Rabiul Awal   Rabiul Akhir  
          Jumlah Muzaki Zakat Maal     16     15    
          Jumlah Munfaqin Infaq, Shadaqah     19     13    
                           
  2 Pembagian ZIS bulanan diawal bulan Hijriah, jumlah orang/siswa :  
    a bantuan biaya Pendidikan           
          SPP siswa  SD, masing2        Rp. 40,000   16     16    
          SPP siswa SMP, masing2      Rp. 75,000   13     13    
          SPP siswa SMA, masing2      Rp. 75,000   14     14    
    b santunan untuk dhuafa, masing2       Rp. 80,000   24     24    
    c bantuan pengajar, ustad, marbot, pengajian     10     10    
                           
                           
                           
                           
  LAPORAN  KEUANGAN          Rupiah  
                           
    ZAKAT MAAL    Rabiul Awal   Rabiul Akhir  
      - Pengumpulan   8,060,000     7,060,000    
      - Bagi hasil Bank   91,087     103,869    
      - Pengembalian Perberdayaan Umat   850,000     900,000    
      - Penyaluran   -6,866,500     -8,840,500    
        - Fakir miskin     -4,880,000     -4,880,000    
        - Fi Sabilillah     -450,000     -400,000    
        - Pemberdayaan umat     -1,036,000     -2,500,000    
          -   Pinjaman     -900,000     -1,000,000    
          -   Hibah     -136,000     -1,500,000    
        - Klinik Kesehatan     -68,000     -748,000    
        - Amil     -300,000     -300,000    
        - Operasional LAZ     -132,500     -12,500    
      - Surplus/defisit   2,134,587     -776,631    
      - Saldo awal bulan   72,671,714     74,806,301    
      - Saldo akhir bulan   74,806,301     74,029,670    
                           
    INFAQ / SHADAQAH              
      - Pengumpulan   3,711,000     6,585,000    
      - Penyaluran   -2,365,000     -6,617,600    
        Operasional Musholla   -2,100,000     -6,617,600    
        Klinik Kesehatan   -265,000     0    
      - Surplus/defisit   1,346,000     -32,600    
      - Saldo awal bulan   4,883,593     6,229,593    
      - Saldo akhir bulan   6,229,593     6,196,993    
                           
    GABUNGAN   ZIS              
        Pengumpulan   12,712,087     14,648,869    
        Penyaluran   -9,231,500     -15,458,100    
          Surplus/defisit     3,480,587     -809,231    
        Saldo awal bulan   77,555,307     81,035,894    
        Saldo akhir bulan   81,035,894     80,226,663    
                           
 
           LEMBAGA  AMIL  ZAKAT  AL-IKHLAS
        RANGKUMAN  DAFTAR  MUZAKI  
          PERIODE BULAN  :
 RABIUL AWAL 1434  H dan RABIUL AKHIR  1434  H
NO BESARNYA  ZAKAT,  INFAQ dan SHADAQAH. Rp
MUZAKI RABIUL AWAL RABIUL AKHIR JUMLAH
    ZAKAT INFAQ/SHAD ZAKAT INFAQ/SHAD
                       
1   0   0   0   5,000,000   5,000,000  
2   1,000,000   100,000   1,000,000   100,000   2,200,000  
3   0   50,000   0   0   50,000  
5   0   713,000   0   435,000   1,148,000  
8   400,000   50,000   400,000   50,000   900,000  
10   0   0   700,000   0   700,000  
11   250,000   50,000   250,000   50,000   600,000  
20   0   0   150,000   50,000   200,000  
26   0   150,000   0   0   150,000  
29   1,000,000   0   2,000,000   0   3,000,000  
30   0   50,000   0   50,000   100,000  
33   1,100,000   100,000   1,100,000   100,000   2,400,000  
36   0   50,000   0   50,000   100,000  
45   150,000   1,000,000   250,000   0   1,400,000  
69   375,000   0   0   0   375,000  
72   150,000   0   150,000   0   300,000  
81   0   15,000   0   0   15,000  
90   0   50,000   0   50,000   100,000  
100   0   100,000   0   200,000   300,000  
104   300,000   0   250,000   0   550,000  
119   160,000   0   160,000   0   320,000  
128   400,000   0   200,000   0   600,000  
141   0   0   200,000   0   200,000  
158   0   20,000   0   0   20,000  
160   400,000   0   100,000   0   500,000  
169   100,000   0   0   0   100,000  
175   150,000   0   150,000   0   300,000  
179   0   500,000   0   0   500,000  
186   0   250,000   0   0   250,000  
187   0   100,000   0   0   100,000  
188   0   150,000   0   150,000   300,000  
199   125,000   213,000   0   0   338,000  
200   0   0   0   300,000   300,000  
201   2,000,000   0   0   0   2,000,000  
    8,060,000   3,711,000   7,060,000   6,585,000   25,416,000  
Nomor urut muzaki berlaku tetap, mohon diingat selalu.
No. 5 adalah Hamba Allah, Kotak Amal yang ada di Mosholla dan  tempat lain.
Mohon koreksi nama dan nilai ZIS bpk/ibu apa bila ada kesalahan pencatatan kami.
Bapak/ibu yang belum sempat menyampaikan ZISnya kami tunggu bulan depan.
Daftar Nama Muzaki (bpk/ibu/sdr-i),  dua bulan ini,   urutan sesuai abjad :
mohon maaf kami tidak tampilkan titel kesarjanaan maupun haji
Abdul Azis,  Amiroedin N, Ani Cahyani, Asep Sudaryat, Bambang Purnomo, Buddy Darma Setiawan, Bundjali, Eis Guruh Purwati, Erry Sumantri, Hadijah Rainin,   Hardjono DW,   Herminingsih Bambang DP, Indah Tri  Murtiningsih, Khalilurrahman, Komaruzaman, M Zaki Rahman, Moh Tontro Prastowo, Muchammad Ferdi, Nani Hardjono, Nur Indah,  Nur Oktarisa,   Sekar Kuning Pramesti, Sekar Paramita Hardjono, Soetomo Noeridin, Sri Foto Copy, Sugi Hendro Sutejo, Sulistiarso, Suradi, Sutedjo, Warung Al-Ikhlas D, Widarti, Sutedjo, Warung Al-Ikhlas D, Widarti, Widya Palupi, Yudi Agus D. 
Daftar Muzakki dan Laporan Keuangan ini adalah bagian dari Buletin.